"Ngabungbang"
Di masyarkat Sunda (Indonesia) dikenal ada istilah "ngabungbang" yang artinya kurang lebih ada sebagian orang yang tidak tidur di malam harinya. "Ngabungbang" yang pada dasarnya yaitu kegiatan Tafakur atau mentafakuri diri dengan introspeksi agar kualitas hidup menjadi lebih baik dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa. Terlepas dari arti bahasa "ngabungbang", dalam pelaksanaannya banyak sekali tradisi budaya lokal yang ikut berakulturasi dengan proses "ngabungbang" itu sendiri. Sisi positif dari "ngabungbang" bisa ditarik kesimpulan sebagai proses tafakur yang dilakukan setahun sekali pada bulan Mulud, tepatnya tanggal 14 Mulud disaat bulan purnama. Di keheningan malam biasanya orang lebih bisa mengingat apa saja yang telah dilakukannya di masa lampau untuk introspeksi dan memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan hidayah sehingga menjadi insan yang berakhlak baik (akhlakul karimah).
(In the community Sunda (Indonesia) there was a term known as "ngabungbang" which means more or less there are some people who did not sleep at night. "Ngabungbang" which basically is an activity or "mentafakuri - Tafakur" themselves by introspection that the quality of life for the better one with the more closer to the Creator of the shooting Universe, God Almighty. Regardless of the meaning of the language "ngabungbang", in the implementation of local cultural traditions of many who participated acculturated with the process "ngabungbang" itself. The upside of "ngabungbang" conclusion can be drawn as a process of " tafakur" is done once a year in Mulud, 14 Mulud, exactly date when the full moon. In the silentness of the night are usually more people could remember what he / she had done in the past for introspection and begged forgiveness from God Almighty to be given guidance so that it becomes a good moral man/ woman ("akhlakul Karimah").

Tidak ada komentar:
Posting Komentar